MAKALAH
KIAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DI MALUKU
Disusun Oleh :
Nama : Siti Boiratan Pattyiha
Npm : 201212033
Kelas : 3.2
PROGRAM
STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
DARUSSALAM AMBON
2014
KATA
PENGANTA
بِسۡمِ ٱللهِ
ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah swt karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat
menyelesaiakan makalah ini dengan judul “KIAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DI MALUKU ”
Tak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat di selesaikan.
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik dan
saran dari para pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini ke depan.
Tulehu,
27 Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
judul
Kata
pengantar
Daftar
isi
Bab
I. Pendahuluan
1.1.Perkembangan
Matematika
1.2.Keterbatasan
Manusia dan Manusia Sebagai Wahana Pendidikan
Bab
II. Pembahasan
1.1.Defenisi
Matematika
1.2.Karakteris tik Matematika
1.3.Sistem
dan Struktur Dalam Matematika Serta Hakim Tertingi Matematika
Bab III. Matematika Sekolah
2.1. Defenisi
Matematika Sekolah
2.2. Tujuan Pendidikan
Matematika Sekolah Pada Deduktif dan Induktif
Bab
IV. Nilai - Nilai Dalam Pendidikan Matematika
4.1.
Arah Pembelajaran dan Pengembangan Peserta Didik
4.2.
Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Bab
V. Kiat Guru Matematika
1.1 Melihat
Masa Depan
1.2 Meningkatkan
Kemampuan Diri Guru
1.3 Strategi
Pendekatan Metode dan Teknik
Bab.
VI. Tantangan Pendidikan Guru
1.1.Matematikawan
1.2.Pendidikan
Matematika dan Guru Matematika
Bab.
VII. Pendidikan Guru Matematika Di Maluku
7.1.
. Tantangan dan Hambatan Guru
Matematika di Maluku
7.2.
Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Guru dan Peserta
Didik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Perkembangan
Matematika
Matematika merupakan alat bantu
kehidupan dan pelayanan bagi ilmu-ilmu yang lain, seperti fisika, kimia,
biologi, astronomi, teknik, ekonomi, farmasi maupun matematika sendiri.
mengalami perkembngan dan disesuiakan dengan kebutuhan zaman. Perkembangan
Matematika Dalam Negeri diantaranya sebagai berikut :
a. Matematika
Tradisional.
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan colonial,
pemerintah terbeban diri menyusun program pendidikan. Matematika diletakan
sebagai salah satu pelajaran wajib, saat itu pembelajaran matematika lebih
ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Untuk pertama kali yang
diperkenalkan pada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian
penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisinya
positif dan lain sebagainya.
b. Matematika
Modern
Pengejaran matematika modern resminya dimulai
setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul
karena adanya kemajuan teknologi, di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan
orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal dan roket sangat sedikit,
mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu penemuan
teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W. Brownell dll. W. Brownell
mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar makna dan
pengertian teori ini sesuai dengan teori Gestalt
c. Matematika
Masa Kini
Pembelajaran era 1980-an hal ini merupakan gerakan
revolusi matematika kedua walaupun tidak sedasyat pada revolusi matematika
pertama atau matematika modern. Revolusi ini di awali oleh kekawatiran oleh
Negara maju yang akan disusul oleh Negara-negara terbelakangan saat itu.
Kemudian disusun kurikulum berdasarkan kepentingan zaman, diantaranya kurikulum
tahun 1994, kurikulum tahun 2004 dll.
1.2.Keterbatasan
Manusia dan Manusia Sebagai Wahana Pendidikan
Sasaran
pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.[1][1] Pendidikan, seperti sifat asarannya
yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks.[2][2] Karena sifatnya yang kompleks itu,
maka dalam penulisan ini hanya memfokuskan pada Pendidikan dalam pengembangan
potensi manusia untuk menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Manusia
sejak lahir telah dibekali potensi dalam dirinya, namun untuk mengembangkan
potensi tersebut dibutuhkan yang namanya Pendidikan.
Seiring
dengan perkembangan zaman, banyak hal baru yang perlu dipelajari oleh manusia
terutama pada bidang Ilmu Pengetahuan, seperti kemajuan Ilmu Pegetahuan
Teknologi dan Informasi, dan itu akan
dapat dipelajari melalui pendidikan. Adapun orang yang dapat mempelajari secara
otodidak tidak seefektif orang yang mempelajari melalui disiplin ilmu secara
khusus yang membahas bidang ilmu tersebut.
BAB II
HAKEKAT
MATEMATIKA
2.1.Defenisi
Matematika
Matematika
adalah suatu materi pelajaran yang pada realitanya jarang disukai orang, karena
matematika merupakan ilmu berhitung. Akan tetapi sebenarnya matematika
merupakan suatu pelajaran atau suatu materi yang sangat menarik apabila orang
tersebut sangat memahaminya. Berpijak
pada uraian tersebut.
Kata
matematika berasal dari perkataan Yunani mathematique, yang berarti ilmu untuk
pengetahuan. Jadi bedarsarkan etimologis perkataan matematika berarti, ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. James dan James ( 1976 ) dalam
kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran,dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi ke dalam tiga bidang.
Sementara Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika
adalah bahasa yang menggunakan yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan
akurat, reprensentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai ide daripada bunyi. Berdasarkan pendapat di atas maka
disimpulkan bahwa ciri yang sangat penting dalam matematika adalah disiplin
berpikir yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif, dan kreatif.
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan,
dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.Karakteristik
Matematika
1.
Fakta
berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol
tertentu. Simbol bilangan “3” secara umum sudah dipahami sebagai bilangan
“tiga”. Sebaliknya kalau seseorang mengucapkan kata “tiga” dengan sendirinya
dapat disimbolkan dengan “3”. Fakta lain dapat terdiri atas rangkaian simbol,
misalnya “3×5 = 15” adalah fakta yang dipahami sebagai “tiga kali lima adalah
lima belas”. Dalam geometri juga terdapat simbol-simbol tertentu yang merupakan
konvensi, misalnya “//” yang bermakna “sejajar”. “0” yang bermakna “lingkaran”
2.
Konsep
adalah idea abstrak yang dapat
digunakan untuk menggolongkan sekumpulan “segitiga” adalah nama suatu konsep
abstrak. Dengan konsep itu sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh
segitiga ataukah bukan.
3.
Operasi
adalah pengerjaan hitung, pengerjaan
aljabar dan pengerjaan matematika yang lain, sebagai contoh misalnya
“penjumlahan”, “perkalian”, “gabungan” “insan”. Unsur-unsur yang dioperasikan
juga abstrak. Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu relasi khusus
operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih
elemen yang diketahui.
4.
Prinsip
adalah objek matematika yang
kompleks. Prinsip dapat terdiri dari beberapa fakta, beberapa konsep yang
dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah
dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika.
Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, sifat dan sebagainya.
2.3.Sistem
dan Struktur Dalam Matematika Serta Hakim Tertingi Matematika
2. Sistem dan Struktur dalam
Matematika
Sistem
adalah sekumpulan unsur atau elemen yang terkait satu sama lain dan mempunyai
tujuan tertentu. Unsur atau elemen dalam sistem itu sangat tergantung semesta
pembicaraan.
Struktur
adalah sistem yang di dalamnya memuat hubungan yang hirarki. Suatu sistem
aksioma yang diikuti dengan teorema-teorema yang dapat diturunkan dari padanya
membentuk suatu struktur.
3.
Hakim
Tertinggi Matematika
Kebenaran
merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan maupun di luar ilmu
pengetahuan. Dalam keilmuan biasanya dikenal tiga jenis kebenaran yaitu :
a. Kebenaran konsistensi. Kebenaran
suatu pernyataan yang didasarkan kepada kebenaran-kebenaran yang
diterima terlebih dahulu
b. Kebenaran Korelasi. Kebenaran suatu
pernyataan yang didasarkan kepada kecocokannya dengan kenyataan yang ada.
c. Kebenaran pragmatik. Kebenaran suatu
pernyataan yang di dasarkan atas manfaat atau kegunaan dari intensi pernyataan
itu.
BAB III
MATEMATIKA
SEKOLAH
3.1.Defenisi
Matematika Sekolah
Matematika boleh jadi merupakan
pelajaran yang kurang populer diantara para siswa di sekolah. Siswa menganggap
matematika sebagai pelajaran yang sulit, akibatnya matematika kurang digemari
oleh sebagian besar siswa.
Istilah Matematika berasal dari bahasa
Yunani, mathein atau manthenien yang artinya mempelajari. Kata matematika
diduga erat hubungannya dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang artinya kepandaian,
ketahuan atau intelegensia Nasution, 1980 dalam Sri Subariah, 2006:1). Berikut
ini beberapa definisi tentang matematika menurut Sri Subariah dalam bukunya
yang berjudul “Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar”.
Matematika merupakan telaah tentang pola
dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan
suatu alat (Reys, 1984, dalam Rusenfendi, 1988:2). Matematika bukan pengetahuan
tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaanya
karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan social,
ekonomi dan alam (Kline, 1973, dalam Rusenfendi, 1988:2).
Salah satu permasalahan yang menyangkut
pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika adalah
kurangnya pengetahuan bagi guru, serta terbatasnya dana dan sarana tentang
bagaimana cara membuat dan menggunakan desain pembelajaran dalam pembelajaran
matematika. Dibutuhkan lebih dari sekedar kemampuan mengajar untuk membuat
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Hal tersebut bisa dilakukan dengan
berbagai macam cara atau strategi yang tentunya disesuaikan dengan materi yang
diajarkan.
Pada halaman ini terdapat beberapa sub
halaman yang di dalamnya terdapat berbagai hal mengenai matematika di sekolah.
Antara lain mengenai desain belajar maupun berbagai strategi yang bisa
digunakan oleh guru maupun siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, serta
banyak lagi hal lainnya. Besar harapan penulis semoga hal itu semua dapat
membantu bagi siapa saja yang memerlukan informasi mengenai matematika.
3.2.Tujuan
Pendidikan Matematika Sekolah Pada Deduktif dan Induktif
Matematika
diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung
ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan
matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi :
1. Tujuan yang bersifat formal,
menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa
2. Tujuan yang bersifat material
menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika.
Secara
lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar
kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut:
- Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
- Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
- Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
- Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan
BAB IV
NILAI
NILAI DALAM PENDIDIKA MATEMATIKA
4.1.Arah
Pembelajaran dan Pengembangan Peserta Didik
- Pencapaian tugas perkembangan melalui kelompok teman sebaya
- Mencapai perkembangan kemandirian pribadi
- Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
4.2.Aspek
Kognitif, Afektif dan Psikomotor
1.
Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
2. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
3. Pemahaman (comprehension)
4. Penerapan (application)
5. Analisis (analysis)
6. Sintesis (syntesis)
7. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang
lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
2.
Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik
dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima
jenjang, yaitu:
2. Receiving atau
attending ( menerima atua memperhatikan)
3. Responding
(menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
4. Valuing (menilai atau
menghargai)
5. Organization (mengatur atau
mengorganisasikan)
6. Characterization
by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu
nilai atau komplek nilai)
3.
Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
BAB V
KIAT
GURU MATEMATIKA
5.1.Melihat
Masa Depan
1. Pendidikan untuk pengembangan iptek,
dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital, seperti manufakturing
pertanian, sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2. Pendidikan untuk pengembangan keterampilan
manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan
dan politik, sebagai instrumen operasional untuk berkiprah dalam gloalisasi.
3. Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan,
lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap
menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistem pendukung kehidupan manusia.
4. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai,
termasuk filsafat, agama, dan ideology demi ketahanan social-budaya termasuk
persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga
kependidikan dan kepeplatihan, termasuk pengelola sistem pendidikan formal dan
non formal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu, relevansi, dan
efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan.
5.2.Meningkatkan
Kemampuan Diri Guru
Guru sebagai salah satu komponen dalm kegiatan belajar
mengajar (KBM), memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. Karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan
dan mengevaluasi pembelajaran. Di samping itu kedudukan guru dalam kegiatan
belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan. Bersifat strategis
karena guru yang akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran,
sedangkan bersifat menentukan karena guru yang memilih dan memilah bahan
pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu factor yang
mempengaruhi keberhasilan tugas guru ialah kinerjanya didalam merencanakan/
merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar.
Untuk meningkatkan kinerja guru, terlebih dahulu harus
mengetahui fungsi-fungsi guru. Menurut Suparlan fungsi guru dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan sebagai
pelatih (Suparlan, 2005: 28).
Agar tugas dan tanggung jawab guru dapat dilaksanakan
dengan baik, maka guru harus mempunyai kinerja yang baik. Kinerja adalah
prestasi yang terlihat atau kemampuan kerja apa yang dicapai (Y.S. Badudu,
1996: 97). Supaya guru dapat menghasilkan kinerja yang baik, seorang guru harus
mempunyai kemampuan, kemauan, dan usaha dalam kegiatan proses belajar mengajar
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi hasil
belajar.
Kinerja guru terkait dengan iklim organisasi sekolah,
iklim dalam suatu lembaga sangat menpengaruhi penampilan organisasi
yang berkaitan dengan motivasi kerja, kinerja dan produktifitasnya. Para guru
biasanya mengharapkan iklim organisasi di lembaganya mampu menciptakan iklim
belajar mengajar yang kondusif.
5.3.Strategi
Pendekatan Metode dan Teknik
Menyadari
kondisi diatas, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan standar
kompetensi dan sertifikasi guru, antara lain dengan disahkannya undang-undang
guru dan dosen yang ditindak lanjuti dengan pengembangan Rancangan peraturan pemerintah
(RPP) tentang guru dan dosen, yang kesemuanya itu dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisme dan kompetensi guru. Dalam rangka itu pula, pemerintah
mengembangkan berbagai strategi sebagai berikut:
- Penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan kualitas akademik, kompetensi, dan pendidikan profesi untuk memperoleh sertifikasi pendidik.
- Pemenuhan hak dan kewajiban guru sebagai tenaga professional sesuai dengan prinsip profesionalitas.
- Penyelenggaraan kebijakan strategi dalam pengangkatan, penempatan, pemindahan dan pemberhentian guru sesuai dengan kebutuhan, baik jumlah, kualitas akademik, kompetensi maupun sertifikasi yang dilakukan secara merata, objektif, transparan dan akuntabel untuk menjamin keberlangsungan pendidikan.
- Penyelenggaraan kebijakan strategis dalam pembinaan dan pengembangan profesi guru untuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian professional.
- Peningkatan pemberian penghargaan dan jaminan perlindungan terhadap guru dalam melaksanakan tugas professional.
- Pengakuan yang sama antara guru yang bertugas pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dengan guru yang bertugas pada satuan yang diselenggarakan pemerintah dan pemerintah daerah
- Penguatan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam merealisasikan pencapaian anggaran pendidikan untuk memenuhi hak dan kewajiban guru sebagai pendidik professional.
- Peningkatan peran serta masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban seorang guru.
- Meredefinsi kembali orang tua, masyarakat dan guru dalam tanggung jawabnya pada masalah tri pusat pendidikan (E. Mulyasa, 2007: 9)
Untuk
merekayasa SDM guru berkualitas, yang mampu bersanding bahkan bersaing dengan
Negara maju, diperlukan guru dan tenaga kependidikan professional yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Hal ini penting, terutama jika
dikaitkan dengan berbagai kajian dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
guru memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan
pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membentuk kompetensi
peserta didik. Berbagai kajian dan hasil penelitian sebagaimana dikutip oleh E.
Mulyasa (2007: 9) antara lain dikemukakan sebagai berikut :
BAB VI
TANTANGAN
PENDIDIKAN GURU
6.1.Matematikawan
Matematikawan
adalah seseorang yang bidang studi dan penelitiannya dalam bidang matematika.
Istilah ini juga ditujukan kepada orang yang ahli
ilmu Matematika. Sebagian orang percaya bahwa matematika telah dimengerti
secara keseluruhan, padahal masih banyak masalah yang belum terpecahkan.
Penelitian di berbagai bidang matematika terus berlangsung, dan penemuan baru
di matematika dipublikasikan dalam jurnal
ilmiah. Banyak jurnal yang memang khusus untuk matematika
dan banyak juga mengenai subjek yang mengaplikasikan matematika (misalnya ilmu komputer
teoritis dan fisika teoritis).
Tidak seperti sains,
pada penelitian matematika secara umum tidak melakukan eksperimen. Di
matematika, kebenaran diturunkan dari kebenaran lain yang telah diketahui
sebelumnya. Kalaupun eksperimen dengan komputer
dan data numeris terlibat, hasil akhir yang diharapkan adalah pembuktian teorema.
Perhitungan bukanlah bagian besar dari penelitian matematika, dan matematikawan
tidak perlu memiliki kemampuan hebat dalam menjumlahkan atau mengalikan angka.
Lihat kalkulator mental
tentang orang-orang yang hebat dalam melakukan perhitungan dalam kepalanya
6.2.Pendidikan
Matematika dan Guru Matematika
Matematika merupakan telaah tentang pola
dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan
suatu alat (Reys, 1984, dalam Rusenfendi, 1988:2). Matematika bukan pengetahuan
tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaanya
karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan social,
ekonomi dan alam (Kline, 1973, dalam Rusenfendi, 1988:2).
Salah satu permasalahan yang menyangkut
pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika adalah
kurangnya pengetahuan bagi guru, serta terbatasnya dana dan sarana tentang
bagaimana cara membuat dan menggunakan desain pembelajaran dalam pembelajaran
matematika. Dibutuhkan lebih dari sekedar kemampuan mengajar untuk membuat
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
BAB VII Tantangan Pendidikan Guru
Matematika di Maluku
7.1. Tantangan dan Hambatan Guru
Matematika di Maluku
Menjadi guru di bagian timur Indonesia khususnya daerah
Maluku bukanlah hal yang biasa-biasa, karena banyak tantangan yang harus
dihadapi. Salah satunya adalah kemajuan teknologi. Pembelajaran dengan papan
tulis atau whiteboard selalu menjadi hal yang dianggap wajar.
Pemahaman siswa terhadap konsep matematika tidak mudah
diperoleh tanpa media yang memadai dan kreativitas guru sebagai tenaga
pengajarnya. Tersedianya media belajar yang memadai di sekolah tidak akan
berarti apa-apa jika guru sebagai fasilitator tidak mampu berpikir kreatif
dalam memanfaatkan media untuk menyampaikan konsep-konsep dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika diperlukan contoh-contoh nyata
yang mudah dipahami agar siswa dapat menemukan konsep-konsep yang abstrak dalam
pelajaran matematika. Namun tidak mudah mencari contoh-contoh nyata agar siswa
mudah untuk menemukan dan memahami konsep-konsep matematika yang sulit.
Dengan adanya aplikasi-aplikasi pendukung dalam pembelajaran
matematika tentunya diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang efisien
dan menyenangkan. Namun kemudian dengan adanya aplikasi-aplikasi tidak akan
berarti apa-apa jika guru sebagai fasilitator tidak dapat menggunakannya. Guru
harus belajar agar dapat menggunakan aplikasi-aplikasi ini dengan baik sehingga
dapat membantu peserta didiknya lebih mudah dalam memahami konsep-konsep
pelajaran matematika.
7.2. Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Guru dan Peserta
Didik
Sudah banyak usaha-usaha
yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kualitas
guru dan pendidikan guru yang dilaksanakan oleh pemerintah. Namun patut
disayangkan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan guru
tersebut dilaksanakan berdasarkan pandangan dari "luar kalangan guru
ataupun luar pendidikan guru". Terlalu banyak kebijaksanaan di bidang
pendidikan yang bersifat teknis diambil dengan sama sekali tidak mendengarkan
suara guru. Pengambilan keputusan yang menyangkut guru di atas seakan-akan
melecehkan guru sebagai seseorang yang memiliki "kepribadian".
Sebagai contoh yang masih
hangat adalah diintroduksirnya pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses
belajar mengajar. Keyakinan para pengambil kebijaksanaan atas kehebatan CBSA
telah mendorong dikeluarkannya penetapan keharusan guru untuk menggunakan
pendekatan tersebut dalam proses belajar mengajar. Barangkali keyakinan ini
tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga berdasarkan hasil-hasil penelitian.
Namun sayangnya penetitian-penelitian yang menyangkut proses belajar mengajar
di kelas selama ini lebih banyak bersifat informatif sehingga jauh dari memadai
dikarenakan penelitian tersebut melihat pengajaran pandangan "luar
guru".
Pengambil kebijaksanaan di
bidang pendidikan tidak pernah menghayati apa dan bagaimana yang sesungguhnya
terjadi di ruang-ruang kelas. Misalnya, dampak jumlah murid yang besar,
keberanian murid untuk menyampaikan gagasan rendah, motivasi lebih terarah
untuk belajar guna menghadapi tes daripada belajar untuk memahami pelajaran
yang disampaikan guru, target materi pelajaran yang begitu berat bagi seorang
guru, dan sebagainya. Kalau hal-hal tersebut mendapat perhatian niscaya
kebijaksanaan yang berkaitan dengan pendekatan pengajaran bisa lain, paling tidak
untuk sementara waktu.
Ada tiga kegiatan penting
yang diperlukan oleh guru untuk bisa meningkatkan kualitasnya sehingga bisa
terus menanjak pangkatnya sampai jenjang kepangkatan tertinggi. Pertama para
guru harus memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman mengembangkan materi pelajaran dan berinteraksi dengan peserta
didik. Tukar pikiran tersebut bisa dilaksanakan dalam perternuan guru sejenis
di sanggar kerja guru, ataupun dalam seminar-seminar yang berkaitan dengan hal
itu. Kegiatan ilmiah ini hendaknya selalu mengangkat topik pembicaraan yang
bersifat aplikatif. Artinya, hasil pertemuan bisa digunakan secara langsung
untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Hanya perlu dicatat, dalam
kegiatan ilmiah semacam itu hendaknya faktor-faktor yang bersifat struktural
administrative harus disingkirkan jauh-jauh. Misalnya, tidak perlu yang
memimpin pertemuan harus kepala sekolah.
Kedua, akan lebih baik
kalau apa yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah yang dihadiri para
guru adalah merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para guru sendiri.
Dengan demikian guru harus melakukan penelitian. Untuk ini perlulah anggapan
sementara ini bahwa penelitian hanya dapat dilakukan oleh para akademisi yang
bekerja di perguruan tinggi atau oleh para peneliti di lembaga-lembaga
penelitian harus dibuang jauh-jauh. Justru sekarang ini perlu diyakini pada
semua fihak bahwa hasil-hasil penelitian-penelitian tentang apa yang terjadi di
kelas dan di sekolah yang dilakukan oleh para guru adalah sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab para gurulah yang nyata-nyata memahami
dan manghayati apa yang terjadi di sekolah, khususnya di kelas.