Laman

Senin, 27 Januari 2014

blog tiken


         MAKALAH
KIAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DI MALUKU





Disusun Oleh :

Nama  :  Siti Boiratan Pattyiha
Npm : 201212033
Kelas : 3.2





PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
2014





                                                              KATA PENGANTA

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaiakan makalah ini dengan judul KIAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DI MALUKU


Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik dan saran  dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini ke depan. 




Tulehu, 27 Januari 2014

Penyusun













DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I. Pendahuluan
1.1.Perkembangan Matematika
1.2.Keterbatasan Manusia dan Manusia Sebagai Wahana Pendidikan
Bab II. Pembahasan
1.1.Defenisi Matematika
1.2.Karakteris tik Matematika
1.3.Sistem dan Struktur Dalam Matematika Serta Hakim Tertingi Matematika

Bab III. Matematika Sekolah
2.1. Defenisi Matematika Sekolah
2.2. Tujuan Pendidikan Matematika Sekolah Pada Deduktif dan Induktif

Bab IV. Nilai - Nilai Dalam Pendidikan Matematika
4.1. Arah Pembelajaran dan Pengembangan Peserta Didik
4.2. Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor

Bab V. Kiat Guru Matematika
1.1  Melihat Masa Depan
1.2  Meningkatkan Kemampuan Diri Guru
1.3  Strategi Pendekatan Metode dan Teknik
Bab. VI. Tantangan Pendidikan Guru
1.1.Matematikawan
1.2.Pendidikan Matematika dan Guru Matematika

Bab. VII. Pendidikan Guru Matematika Di Maluku
7.1. . Tantangan dan Hambatan Guru Matematika di Maluku
7.2. Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Guru dan Peserta Didik




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Perkembangan Matematika
Matematika merupakan alat bantu kehidupan dan pelayanan bagi ilmu-ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, teknik, ekonomi, farmasi maupun matematika sendiri. mengalami perkembngan dan disesuiakan dengan kebutuhan zaman. Perkembangan Matematika Dalam Negeri diantaranya sebagai berikut :
a.       Matematika Tradisional.
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan colonial, pemerintah terbeban diri menyusun program pendidikan. Matematika diletakan sebagai salah satu pelajaran wajib, saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Untuk pertama kali yang diperkenalkan pada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisinya positif dan lain sebagainya.
b.      Matematika Modern
Pengejaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi, di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W. Brownell dll. W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar makna dan pengertian teori ini sesuai dengan teori Gestalt
c.       Matematika Masa Kini
Pembelajaran era 1980-an hal ini merupakan gerakan revolusi matematika kedua walaupun tidak sedasyat pada revolusi matematika pertama atau matematika modern. Revolusi ini di awali oleh kekawatiran oleh Negara maju yang akan disusul oleh Negara-negara terbelakangan saat itu. Kemudian disusun kurikulum berdasarkan kepentingan zaman, diantaranya kurikulum tahun 1994, kurikulum tahun 2004 dll.
1.2.Keterbatasan Manusia dan Manusia Sebagai Wahana Pendidikan
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.[1][1] Pendidikan, seperti sifat asarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks.[2][2] Karena sifatnya yang kompleks itu, maka dalam penulisan ini hanya memfokuskan pada Pendidikan dalam pengembangan potensi manusia untuk menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Manusia sejak lahir telah dibekali potensi dalam dirinya, namun untuk mengembangkan potensi tersebut dibutuhkan yang namanya Pendidikan.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak hal baru yang perlu dipelajari oleh manusia terutama pada bidang Ilmu Pengetahuan, seperti kemajuan Ilmu Pegetahuan Teknologi dan Informasi,  dan itu akan dapat dipelajari melalui pendidikan. Adapun orang yang dapat mempelajari secara otodidak tidak seefektif orang yang mempelajari melalui disiplin ilmu secara khusus yang membahas bidang ilmu tersebut.



BAB II
HAKEKAT MATEMATIKA

2.1.Defenisi Matematika
Matematika adalah suatu materi pelajaran yang pada realitanya jarang disukai orang, karena matematika merupakan ilmu berhitung. Akan tetapi sebenarnya matematika merupakan suatu pelajaran atau suatu materi yang sangat menarik apabila orang tersebut sangat memahaminya. Berpijak pada uraian tersebut.
Kata matematika berasal dari perkataan Yunani mathematique, yang berarti ilmu untuk pengetahuan. Jadi bedarsarkan etimologis perkataan matematika berarti, ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. James dan James ( 1976 ) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi ke dalam tiga bidang. Sementara Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah bahasa yang menggunakan yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, reprensentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa  simbol mengenai ide daripada bunyi. Berdasarkan pendapat di atas maka disimpulkan bahwa ciri yang sangat penting dalam matematika adalah disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif, dan kreatif. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.Karakteristik Matematika
1.    Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Simbol bilangan “3” secara umum sudah dipahami sebagai bilangan “tiga”. Sebaliknya kalau seseorang mengucapkan kata “tiga” dengan sendirinya dapat disimbolkan dengan “3”. Fakta lain dapat terdiri atas rangkaian simbol, misalnya “3×5 = 15” adalah fakta yang dipahami sebagai “tiga kali lima adalah lima belas”. Dalam geometri juga terdapat simbol-simbol tertentu yang merupakan konvensi, misalnya “//” yang bermakna “sejajar”. “0” yang bermakna “lingkaran”
2.    Konsep adalah idea abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan “segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan konsep itu sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh segitiga ataukah bukan.
3.    Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika yang lain, sebagai contoh misalnya “penjumlahan”, “perkalian”, “gabungan” “insan”. Unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu relasi khusus operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang  diketahui.
4.    Prinsip adalah objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat terdiri dari beberapa fakta, beberapa  konsep yang dikaitkan oleh  suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, sifat dan sebagainya.
2.3.Sistem dan Struktur Dalam Matematika Serta Hakim Tertingi Matematika
2.       Sistem dan Struktur dalam Matematika
Sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang terkait satu sama lain dan mempunyai tujuan tertentu. Unsur atau elemen dalam sistem itu sangat tergantung semesta pembicaraan.
Struktur adalah sistem yang di dalamnya memuat hubungan yang hirarki. Suatu sistem aksioma yang diikuti dengan teorema-teorema yang dapat diturunkan dari padanya membentuk suatu struktur.
3.      Hakim Tertinggi Matematika
Kebenaran merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan maupun di luar ilmu pengetahuan. Dalam  keilmuan biasanya dikenal tiga jenis kebenaran yaitu :
a.       Kebenaran konsistensi. Kebenaran suatu pernyataan yang  didasarkan kepada kebenaran-kebenaran  yang diterima terlebih dahulu
b.      Kebenaran Korelasi. Kebenaran suatu pernyataan yang didasarkan kepada kecocokannya dengan kenyataan yang ada.
c.       Kebenaran pragmatik. Kebenaran suatu pernyataan yang di dasarkan atas manfaat atau kegunaan dari intensi pernyataan itu.



BAB III
                                                     MATEMATIKA SEKOLAH
                                                                             
3.1.Defenisi Matematika Sekolah
Matematika boleh jadi merupakan pelajaran yang kurang populer diantara para siswa di sekolah. Siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, akibatnya matematika kurang digemari oleh sebagian besar siswa.
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenien yang artinya mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensia Nasution, 1980 dalam Sri Subariah, 2006:1). Berikut ini beberapa definisi tentang matematika menurut Sri Subariah dalam bukunya yang berjudul “Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar”.
Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat (Reys, 1984, dalam Rusenfendi, 1988:2). Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi dan alam (Kline, 1973, dalam Rusenfendi, 1988:2).
Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika  adalah kurangnya pengetahuan bagi guru, serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan desain pembelajaran dalam pembelajaran matematika. Dibutuhkan lebih dari sekedar kemampuan mengajar untuk membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai macam cara atau strategi yang tentunya disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
Pada halaman ini terdapat beberapa sub halaman yang di dalamnya terdapat berbagai hal mengenai matematika di sekolah. Antara lain mengenai desain belajar maupun berbagai strategi yang bisa digunakan oleh guru maupun siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, serta banyak lagi hal lainnya. Besar harapan penulis semoga hal itu semua dapat membantu bagi siapa saja yang memerlukan informasi mengenai matematika.
3.2.Tujuan Pendidikan Matematika Sekolah Pada Deduktif dan Induktif
Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi :
1.      Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa
2.      Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika.
Secara lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut:
  1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
  2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
  3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
  4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan



BAB IV
NILAI NILAI DALAM PENDIDIKA MATEMATIKA

4.1.Arah Pembelajaran dan Pengembangan Peserta Didik
  1. Pencapaian tugas perkembangan melalui kelompok teman sebaya
  2. Mencapai perkembangan kemandirian pribadi
  3. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
4.2.Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor
1.      Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif  memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
2.      Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
3.      Pemahaman (comprehension)
4.      Penerapan (application)
5.      Analisis (analysis)
6.      Sintesis (syntesis)
7.      Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
2.      Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
2.      Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
3.      Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
4.      Valuing (menilai atau menghargai)
5.      Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
6.      Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu nilai atau  komplek nilai)
3.      Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.



BAB V
KIAT GURU MATEMATIKA

5.1.Melihat Masa Depan
1.      Pendidikan untuk pengembangan iptek, dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital, seperti manufakturing pertanian, sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2.       Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai instrumen operasional untuk berkiprah dalam gloalisasi.
3.       Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistem pendukung kehidupan manusia.
4.       Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama, dan ideology demi ketahanan social-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5.       Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepeplatihan, termasuk pengelola sistem pendidikan formal dan non formal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu, relevansi, dan efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan.
5.2.Meningkatkan Kemampuan Diri Guru
Guru sebagai salah satu komponen dalm kegiatan belajar mengajar (KBM), memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Di samping itu kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan. Bersifat strategis karena guru yang akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena guru yang memilih dan memilah bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu factor yang mempengaruhi keberhasilan tugas guru ialah kinerjanya didalam merencanakan/ merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar.
Untuk meningkatkan kinerja guru, terlebih dahulu harus mengetahui fungsi-fungsi guru. Menurut Suparlan fungsi guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan sebagai pelatih (Suparlan, 2005: 28).
Agar tugas dan tanggung jawab guru dapat dilaksanakan dengan baik, maka guru harus mempunyai kinerja yang baik. Kinerja adalah prestasi yang terlihat atau kemampuan kerja apa yang dicapai (Y.S. Badudu, 1996: 97). Supaya guru dapat menghasilkan kinerja yang baik, seorang guru harus mempunyai kemampuan, kemauan, dan usaha dalam kegiatan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar.
Kinerja guru terkait dengan iklim organisasi sekolah, iklim dalam suatu lembaga sangat menpengaruhi penampilan organisasi yang berkaitan dengan motivasi kerja, kinerja dan produktifitasnya. Para guru biasanya mengharapkan iklim organisasi di lembaganya mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif.
5.3.Strategi Pendekatan Metode dan Teknik
Menyadari kondisi diatas, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan standar kompetensi dan sertifikasi guru, antara lain dengan disahkannya undang-undang guru dan dosen yang ditindak lanjuti dengan pengembangan Rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang guru dan dosen, yang kesemuanya itu dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi guru. Dalam rangka itu pula, pemerintah mengembangkan berbagai strategi sebagai berikut:
  1. Penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan kualitas akademik, kompetensi, dan pendidikan profesi untuk memperoleh sertifikasi pendidik.
  2. Pemenuhan hak dan kewajiban guru sebagai tenaga professional sesuai dengan prinsip profesionalitas.
  3. Penyelenggaraan kebijakan strategi dalam pengangkatan, penempatan, pemindahan dan pemberhentian guru sesuai dengan kebutuhan, baik jumlah, kualitas akademik, kompetensi maupun sertifikasi yang dilakukan secara merata, objektif, transparan dan akuntabel untuk menjamin keberlangsungan pendidikan.
  4. Penyelenggaraan kebijakan strategis dalam pembinaan dan pengembangan profesi guru untuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian professional.
  5.  Peningkatan pemberian penghargaan dan jaminan perlindungan terhadap guru dalam melaksanakan tugas professional.
  6. Pengakuan yang sama antara guru yang bertugas pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dengan guru yang bertugas pada satuan yang diselenggarakan pemerintah dan pemerintah daerah
  7. Penguatan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah pusat  dan pemerintah daerah dalam merealisasikan pencapaian anggaran pendidikan untuk memenuhi hak dan kewajiban guru sebagai pendidik professional.
  8. Peningkatan peran serta masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban seorang guru.
  9. Meredefinsi kembali orang tua, masyarakat dan guru dalam tanggung jawabnya pada masalah tri pusat pendidikan (E. Mulyasa, 2007: 9)
Untuk merekayasa SDM guru berkualitas, yang mampu bersanding bahkan bersaing dengan Negara maju, diperlukan guru dan tenaga kependidikan professional yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Hal ini penting, terutama jika dikaitkan dengan berbagai kajian dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa guru memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membentuk kompetensi peserta didik. Berbagai kajian dan hasil penelitian sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 9) antara lain dikemukakan sebagai berikut :



BAB VI
TANTANGAN PENDIDIKAN GURU

6.1.Matematikawan
Matematikawan adalah seseorang yang bidang studi dan penelitiannya dalam bidang matematika. Istilah ini juga ditujukan kepada orang yang ahli ilmu Matematika. Sebagian orang percaya bahwa matematika telah dimengerti secara keseluruhan, padahal masih banyak masalah yang belum terpecahkan. Penelitian di berbagai bidang matematika terus berlangsung, dan penemuan baru di matematika dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Banyak jurnal yang memang khusus untuk matematika dan banyak juga mengenai subjek yang mengaplikasikan matematika (misalnya ilmu komputer teoritis dan fisika teoritis).
Tidak seperti sains, pada penelitian matematika secara umum tidak melakukan eksperimen. Di matematika, kebenaran diturunkan dari kebenaran lain yang telah diketahui sebelumnya. Kalaupun eksperimen dengan komputer dan data numeris terlibat, hasil akhir yang diharapkan adalah pembuktian teorema. Perhitungan bukanlah bagian besar dari penelitian matematika, dan matematikawan tidak perlu memiliki kemampuan hebat dalam menjumlahkan atau mengalikan angka. Lihat kalkulator mental tentang orang-orang yang hebat dalam melakukan perhitungan dalam kepalanya
6.2.Pendidikan Matematika dan Guru Matematika
Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat (Reys, 1984, dalam Rusenfendi, 1988:2). Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi dan alam (Kline, 1973, dalam Rusenfendi, 1988:2).
Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika  adalah kurangnya pengetahuan bagi guru, serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan desain pembelajaran dalam pembelajaran matematika. Dibutuhkan lebih dari sekedar kemampuan mengajar untuk membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.



  


BAB VII Tantangan Pendidikan Guru Matematika di Maluku
 7.1. Tantangan dan Hambatan Guru Matematika di Maluku

Menjadi guru di bagian timur Indonesia khususnya daerah Maluku bukanlah hal yang biasa-biasa, karena banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kemajuan teknologi. Pembelajaran dengan papan tulis atau whiteboard selalu menjadi hal yang dianggap wajar.
Pemahaman siswa terhadap konsep matematika tidak mudah diperoleh tanpa media yang memadai dan kreativitas guru sebagai tenaga pengajarnya. Tersedianya media belajar yang memadai di sekolah tidak akan berarti apa-apa jika guru sebagai fasilitator tidak mampu berpikir kreatif dalam memanfaatkan media untuk menyampaikan konsep-konsep dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika diperlukan contoh-contoh nyata yang mudah dipahami agar siswa dapat menemukan konsep-konsep yang abstrak dalam pelajaran matematika. Namun tidak mudah mencari contoh-contoh nyata agar siswa mudah untuk menemukan dan memahami konsep-konsep matematika yang sulit.
Dengan adanya aplikasi-aplikasi pendukung dalam pembelajaran matematika tentunya diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang efisien dan menyenangkan. Namun kemudian dengan adanya aplikasi-aplikasi tidak akan berarti apa-apa jika guru sebagai fasilitator tidak dapat menggunakannya. Guru harus belajar agar dapat menggunakan aplikasi-aplikasi ini dengan baik sehingga dapat membantu peserta didiknya lebih mudah dalam memahami konsep-konsep pelajaran matematika.

7.2. Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Guru dan Peserta Didik
Sudah banyak usaha-usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kualitas guru dan pendidikan guru yang dilaksanakan oleh pemerintah. Namun patut disayangkan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan guru tersebut dilaksanakan berdasarkan pandangan dari "luar kalangan guru ataupun luar pendidikan guru". Terlalu banyak kebijaksanaan di bidang pendidikan yang bersifat teknis diambil dengan sama sekali tidak mendengarkan suara guru. Pengambilan keputusan yang menyangkut guru di atas seakan-akan melecehkan guru sebagai seseorang yang memiliki "kepribadian".
Sebagai contoh yang masih hangat adalah diintroduksirnya pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses belajar mengajar. Keyakinan para pengambil kebijaksanaan atas kehebatan CBSA telah mendorong dikeluarkannya penetapan keharusan guru untuk menggunakan pendekatan tersebut dalam proses belajar mengajar. Barangkali keyakinan ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga berdasarkan hasil-hasil penelitian. Namun sayangnya penetitian-penelitian yang menyangkut proses belajar mengajar di kelas selama ini lebih banyak bersifat informatif sehingga jauh dari memadai dikarenakan penelitian tersebut melihat pengajaran pandangan "luar guru".
Pengambil kebijaksanaan di bidang pendidikan tidak pernah menghayati apa dan bagaimana yang sesungguhnya terjadi di ruang-ruang kelas. Misalnya, dampak jumlah murid yang besar, keberanian murid untuk menyampaikan gagasan rendah, motivasi lebih terarah untuk belajar guna menghadapi tes daripada belajar untuk memahami pelajaran yang disampaikan guru, target materi pelajaran yang begitu berat bagi seorang guru, dan sebagainya. Kalau hal-hal tersebut mendapat perhatian niscaya kebijaksanaan yang berkaitan dengan pendekatan pengajaran bisa lain, paling tidak untuk sementara waktu.
Ada tiga kegiatan penting yang diperlukan oleh guru untuk bisa meningkatkan kualitasnya sehingga bisa terus menanjak pangkatnya sampai jenjang kepangkatan tertinggi. Pertama para guru harus memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman mengembangkan materi pelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik. Tukar pikiran tersebut bisa dilaksanakan dalam perternuan guru sejenis di sanggar kerja guru, ataupun dalam seminar-seminar yang berkaitan dengan hal itu. Kegiatan ilmiah ini hendaknya selalu mengangkat topik pembicaraan yang bersifat aplikatif. Artinya, hasil pertemuan bisa digunakan secara langsung untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Hanya perlu dicatat, dalam kegiatan ilmiah semacam itu hendaknya faktor-faktor yang bersifat struktural administrative harus disingkirkan jauh-jauh. Misalnya, tidak perlu yang memimpin pertemuan harus kepala sekolah.
Kedua, akan lebih baik kalau apa yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah yang dihadiri para guru adalah merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para guru sendiri. Dengan demikian guru harus melakukan penelitian. Untuk ini perlulah anggapan sementara ini bahwa penelitian hanya dapat dilakukan oleh para akademisi yang bekerja di perguruan tinggi atau oleh para peneliti di lembaga-lembaga penelitian harus dibuang jauh-jauh. Justru sekarang ini perlu diyakini pada semua fihak bahwa hasil-hasil penelitian-penelitian tentang apa yang terjadi di kelas dan di sekolah yang dilakukan oleh para guru adalah sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab para gurulah yang nyata-nyata memahami dan manghayati apa yang terjadi di sekolah, khususnya di kelas.